SOALAN
Apakah maksud karamah?
JAWAPAN
Karamah berasal dari bahasa Arab (الكرامة). Menurut bahasa ertinya mulia dan menurut istilahnya pula kejadian luar biasa yang tidak masuk akal dan berlaku pada diri wali sebagai tanda kemuliaan yang dianugerahkan Allah ke atas mereka.
Al-Jurjani dalam kitabnya al-Ta’rifat menyebut karamah ialah suatu kejadian luar biasa yang diberikan Allah khusus bagi para hamba-Nya yang bertakwa dan soleh yang tidak disertai dengan dakwaan sebagai nabi. Begitu juga tidaklah kepada yang tidak beramal dan beriman jika berlaku maka ia dinamakan istidraj. Dalam istilah yang lain karamah diberikan kepada nama Wali Allah. Karamah ini biasanya datangnya tidak pernah diidam-idamkan sebelumnya. Bahkan para wali sering kali terjadi karamah atau kejadian luar biasa pada dirinya. Namun, mereka takut jika hal ini akan menyebabkan takjub terhadap dirinya sebagai hamba yang diberikan kemuliaan oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu, biasanya para wali jika terjadi sesuatu keramat pada dirinya maka mereka makin bertambah khuatir terhadap dirinya, jika dia merasa ujub atau bangga terhadap dirinya yang menyebabkan dia tergelincir hati. Mereka akan bertambah tawaduk dan penuh kekhusyukkan seolah-olah mereka sedang berhadapan dengan Allah SWT.
Umumnya karamah itu terjadi sewaktu dalam keadaan tertentu. Sebahagian karamah itu ada yang terjadi dalam waktu yang sangat terhad di waktu itu sahaja. Namun yang paling banyak terjadi hanya terhad pada waktu tertentu sahaja. Yang mana kejadian itu menunjukkan kekuasaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang disukai.
Firman Allah SWT:
قَالَ يَا أَيُّهَا المَلأ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ ﴿۳۸﴾ قَالَ عِفْريتٌ مِنْ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ ﴿۳۹﴾ قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنْ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرّاً عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Maksudnya: Berkata Sulaiman (kepada pembesar-pembesarnya): “Wahai pembesar-pembesarku, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgahsananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya Aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercayai. Berkatalah seorang yang berpengetahuan (mempunyai ilmu) tentang kitab: Aku akan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip (dalam sekelip mata). Maka tatkala Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: Ini adalah kurnia dari Tuhanku untuk menguji apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.
(Surah al-Naml: 38-40)
Dalam Tafsir Ibn Kathir (3/364) dinyatakan bahawa hamba Allah yang diberikan pengetahuan ilmu kitab itu bernama Ashif bin Barkhiya.
Di sini kita ingin bertanya, siapakah orang ini? Bukankah kemampuannya untuk mendatangkan singgahsana ratu Balqis dalam sekelip mata itu suatu karamah yang diberikan oleh Allah SWT? Maka ini adalah contoh seorang manusia yang bertakwa dan diberi karamah oleh Allah SWT.
Semoga Allah faqihkan kita dalam agama ini. Selamat Hari Raya, Maaf Zahir dan Batin.
Akhukum fillah,
Datuk Dr. Zulkifli bin Mohamad al-Bakri
Mufti Wilayah Persekutuan
8 Syawal 1436H